Top Menu

Search This Blog

Monologue

subuh ;
kidung pelung bangunkan pagi
tagih janji pembuai mimpi
kecup embun penyegar bumi
menghantar hingga gerbang hari

tak sabar cangkul menanti ayun
menggali nasib dikedalaman takdir
sebelum mentari menceruk tega
atau hujan benamkan tanpa sisa

siang ;
garang merajam kejam
memerah darah warna tanah
telanjang terhuyung tanpa tudung
setengah mabuk mencungkil takdir

hanya setangkup asa akan cita
pelihara semangat yang hampir ambyar
menyuguh permata kepada tercinta
diambang pintu cemas menunggu



petang ;
gamang menghadangku pulang
apa yang dapat kubingkiskan
hanya selembar daki disaku
segantang peluh yang luruh

mencoba lagi menyingsing lengan
tuntaskan daya tersisa
selagi masih lohita merona
seiringnya hilang turut kembali

malam;
simpul rembulan menyongsongku datang
binarkan mata selaksa limang gemintang
bahgia meski tak bembawa permata
bahwasanya engkaulah sejatinya

pujapuji kehadirat illahi
karuniai lebih dari mimpi
moga esok ada beda
penyempurna yang telah ada

Post a Comment



Copyright © Umah Lugu. Designed by OddThemes