GALUH TIMUR. Tidak salah jika membaca nama itu langsung mengasosiasikannya dengan Sunda. Sebab, nama itu memang berbau Sunda. Galuh lazim dipakai untuk nama mojang (gadis) Sunda.
Namun jika mengira desa Galuh Timur adalah salah satu kawasan yang dihuni warga Sunda (berbahasa pergaulan Sunda), sudah pasti meleset.
Galuh Timur merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan Tonjong kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Dengan luas wilayah 1.436 ha yang terdiri dari beberapa perdukuhan, yaitu: Galuh Timur 1, Sabrang Kulon (meliputi Kedawung, Pulo Bali, dan Karang Genting), Karang Asem, Kali Pucung, Kali Rau, Dukuh Tiong, dukuh Tengah, Ketabasa, serta Makam Dawa.
Adapun batas-batas wilayah Galuh Timur di sebelah timur adalah kelurahan Linggapura, sebelah barat desa Kalinusu Kecamatan Bumiayu dan desa Pangarasan Kecamatan Bantarkawung, dan di sebelah selatan desa Kalijurang Kecamatan Tonjong, serta sebelah utara desa Tonjong dan Kutamendala Kecamatan Tonjong.
“Galuh” berasal dari bahasa Sansakerta yang berarti sejenis batu permata. Kata “galuh” juga biasa digunakan sebagai sebutan bagi ratu yang belum menikah (“raja puteri”). Sejarawan W.J. van der Meulen berpendapat bahwa kata “galuh” berasal dari kata “sakaloh” yang berarti “asalnya dari sungai”. Ada pula pendapat yang menyatakan, bahwa kata “galuh” berasal dari kata “galeuh” atau "galih" dalam arti inti atau bagian tengah batang kayu yang paling keras. lalu pengertian mana yang tepat dari kata “galuh” untuk daerah yang sekarang bernama Galuh Timur?
Walaupun tidak dihuni warga sunda, Galuh Timur juga dikaitkan dengan legenda zaman kerajaan. Menurut penuturan dari bapak H.M Yusuf (kepala desa galuh timur) yang mengutip dari legenda turun temurun menceritakan, bahwa nama Galuh diambil dari nama seorang putri raja asal kerajaan Sumedang yang melancong dan kecantol pemuda gagah di desa tersebut.''Dulu pernah ada putri Raja Sumedang melancong ke sini, dan akhirnya tertarik dengan pemuda gagah dan tampan. Mereka nekat kawin lari, walau tak mendapat restu raja. Akhirnya, sang raja murka dan menjatuhkan kutukan.''
Senjata pusaka raja berupa golok dilemparkan dari Sumedang meluncur sampai ke desa tempat pasangan pengantin tinggal. Golok yang berputar menerabas rumpun bambu, hingga rantas bagian atas. ''Sampai sekarang bambu di sebelah barat Dukuh Makam Dawa tidak tumbuh ke atas. Ujungnya seperti pruthul (terpotong rata), dan gagangnya copot hingga terlempar hingga radius +- 3km yang sekarang dijadikan situs bernama "gagang golok".'' ujar Pak Yusuf. (sayang sekali situs tersebut tidak terurus, bahkan bisa dikatakan punah).
Kelanjutan cerita, akibat kutukan raja, anak pasangan galuh dan pemuda berubah menjadi Ganesha atau penduduk sini lebi akrab menyebutnya Jawong (gajah wong), yakni manusia berkepala gajah. Bayi itu diasingkan di hutan dibekali sepasang golek emas. Pengasuhnya kaki Ulang dan Nini Nyai Alung. Kawasan hutan itu di kemudian hari mendapat sebutan hutan ulang-aling. Sekarang lokasi ini menjadi areal hutan jati yang dikelola Perhutani. (mengenai tentang ini silahkan membaca harian suara merdeka edisi rabu, 17 Desember 2003 / Jawa Tengah - Pantura. berjudul "Galuh Timur, Desa Jawa dengan Merek Sunda" ).
Adapun pendapat yang menyatakan bahwa Galuh Timur termasuk dalam sejarah kerajaan Galuh yang berdiri pada abad ke-6 (yang sekarang masuk wilayah kabupaten Ciamis) perlu ditelaah kembali kebenarannya, karena dari penelusuran yang saya dapat tidak satupun kata atau lokasi yang mendekati kata galuh timur. Baik dari sejarah kerajaan maupun dari legenda ciung wanara yang terkenal itu. Di situ hanya dijelaskan bahwa terdapat kerajaan kecil semacam kadipaten bernama Galuh Rahyang yang berlokasi di Brebes dengan ibukotanya bernama Medang Pangramesan. Namun apakah Galuh Rahyang itu Galuh Timur? Saya rasa itu memerlukan kajian yang lebih mendalam lagi.
Juga ketika kerajaan Galuh pada masa raja Limwa atau gajahyana berkuasa, di situ memang diceritakan sempat memindahkan ibukota kerajaan ke Linggapura (lebih tepatnya desa Raja Galuh). Linggapura berarti gapura ata pintu gerbang menuju ibukota kerajaan. Jadi bukan galuh timur desa kita seperti yang kita bayangkan selama ini. (silahkan tanya sama mbah gugel).
Lalu bagaimana tentang rumor yang berkembang bahwa di daerah kemejing terdapat tempat yang menyerupai kaputren (pemandian putri raja)? sayang sekali belum ditemukan bukti yang akurat karena belum pernah ada yang menelitinya. namun jika dikaitkan, tak jauh dari situ terdapat candi Jambu, (lagi-lagi situs tersebut tinggal nama) Darmaguna serta Bandayuda, yang tidak menutup kemungkina pada zaman dahulu pernah terdapat peradaban yang maju di daerah tersebut.
Lalu bagaimana tentang rumor yang berkembang bahwa di daerah kemejing terdapat tempat yang menyerupai kaputren (pemandian putri raja)? sayang sekali belum ditemukan bukti yang akurat karena belum pernah ada yang menelitinya. namun jika dikaitkan, tak jauh dari situ terdapat candi Jambu, (lagi-lagi situs tersebut tinggal nama) Darmaguna serta Bandayuda, yang tidak menutup kemungkina pada zaman dahulu pernah terdapat peradaban yang maju di daerah tersebut.
Jangan lupakan pula tentang legenda Lebak Larang yang menceritakan bahwa masyarakat pribumi Galuh Timur yang keturunan raja Galuh dilarang menyantap daging menjangan karena telah menyelamatkan anak sang putri. yang sampai mana pantangan tersebut masih dipercayai oleh sebagian besar masyarakat kita.
Inilah sekelumit tentang sejarah Galuh Timur yang dapat saya rangkum hasil penelusuran dari berbagai sumber yang menurut saya masih menjadi misteri besar karena baik menurut cerita pak lurah maupun legenda Lebak Larang masing-masing mempunyai angle yang berbeda, jika ada yang mengetahui lebih detail tentang asal usul Galuh Timur di mohon sudi kiranya untuk berbagi dan menambah data yang lebih banyak lagi demi meluruskan sejarah tanah tumpah darah kita yang tercinta ini.
Salam.
Tejo Adras
Cukup meyakinkan :) saya sendiri orang kr.asem... tepatnya anak bapak subekhi dan ibu solatri... :) adik dri Rafiq Hamzah..
ReplyDeletewelcome.. :)
DeleteKerenlah pokoke..
ReplyDeletetapi nesih akeh tanda tanya.. :D
Deletemenarik tulisannya mas..
ReplyDeleteTrims..
DeleteSugeng rawuh.
Desa Pengarasan itu berada dalam wilayah kecamatan Bantarkawung yang mayoritas penduduknya (penduduk kecamatan Bantarkawung) sehari-hari menggunakan bahasa Sunda.
ReplyDeleteperbatasannya dengan Galuhtimur brati pas kali pemali (Maribaya) ya mas?
Deletesekarang Maribaya sudah masuk kelurahan Kalinusu, Bumiayu. kalau dulu seimgat saya masih masuk Desa Galuhtimur.
Kecamatan Bantarkawung itu mayoritas penduduknya memang suku sunda. Begitupun dengan bahasa yang digunakan.
ReplyDeleteyang sehari-hari berbahasa sunda mulai pangebatan ngulon ya gan? kurang begitu paham soalnya. hehee
DeleteSy juga dari galuh Timur dari buyut Jaya tirta yang makamnya di kuburan dalem tonjong
ReplyDeletewilujeng dalu dulur... Primen kabare?? :D
Delete