sembari menghitung hari, kusibukkan diri merogoh laci almari
tempat mana tersimpan lipatan-lipatan kenangan yang dahulu kutilap tega
awal sangkaku usailah semenjak itu, tatkala awan memburai di ambang sore dalam serangkaian derai pada penghujung musim cerai
dan bisaku ketika itu hanya dapat merapat pada dinding kaca bus kota yang basah berembun demi untuk menatapmu yang terahir dalam rangkaian takdir
namun, sanggup masa hanya dua setengah tahun mengasingkan-ku kiranya.
kini aku bebas, siap menuntut balas
pada rindu-rindu yang merajam kalbu
tunggu aku di Jakarta mu
tempat mana tersimpan lipatan-lipatan kenangan yang dahulu kutilap tega
awal sangkaku usailah semenjak itu, tatkala awan memburai di ambang sore dalam serangkaian derai pada penghujung musim cerai
dan bisaku ketika itu hanya dapat merapat pada dinding kaca bus kota yang basah berembun demi untuk menatapmu yang terahir dalam rangkaian takdir
namun, sanggup masa hanya dua setengah tahun mengasingkan-ku kiranya.
kini aku bebas, siap menuntut balas
pada rindu-rindu yang merajam kalbu
tunggu aku di Jakarta mu
Post a Comment