Top Menu

Search This Blog

Ancang-ancang

sembari menghitung hari, kusibukkan diri merogoh laci almari

tempat mana tersimpan lipatan-lipatan kenangan yang dahulu kutilap tega

awal sangkaku usailah semenjak itu, tatkala awan memburai di ambang sore dalam serangkaian derai pada penghujung musim cerai

dan bisaku ketika itu hanya dapat merapat pada dinding kaca bus kota yang basah berembun demi untuk menatapmu yang terahir dalam rangkaian takdir

namun, sanggup masa hanya dua setengah tahun mengasingkan-ku kiranya.

kini aku bebas, siap menuntut balas

pada rindu-rindu yang merajam kalbu

tunggu aku di Jakarta mu

Post a Comment



Copyright © Umah Lugu. Designed by OddThemes