Top Menu

Search This Blog

Hitam

Daun hitam penyumpal mulut itu puisi
Merekat dari luruh jati yang meranggas
Jelagakan asmaradanta nan rancak tertata
Melindangkan rerupa renjana
Menuntunku berselaras dengan sabitah
Melarut dalam sunyi nan khidmat
Mengilhami sesarti lazuardi akan hakikat kasih nan ananta

Membiar sang kumbang merayu puspita
Menghiba sertarasa lewat sasakala picisan yang ia sadur dari sonata kelana
Mengiminginya rebas membasuh kelopak rapuhnya
Yang pada zahirnya kesemua itu lancung belaka
Karena kumulus masihlah menjura pada masanya

Dan biarlah segala petala rasa kusimpan di persada jiwa
Hingga saat suratan merumba sasmita
Andaipun pengejawantahannya pedar di lidah penaka remai di uluhati
Sedapat mungkin kutampi setulus hati
Niscaya tiada sesuatu yang menjadi gurar dari suatu karsa
Selalu terkandung wiyata di setiap peristiwa

Namun alangkah dambaku bila kiranya bermuara pada keindahan
Selaksa jingga merona di cakrawala senja seusai rinai memburai
Dimana sapta petala kelir bianglala memayungi semesta
Meridhoi kitabersambalewa dalam pagutan mesra dijeramba
Lantas kusematkan acaram di lentik jemari manismu
Untuk kemudian berdampingan memasuki altar menuju kelestarian

Post a Comment



Copyright © Umah Lugu. Designed by OddThemes