kau tahu,, aku kehilangan konsentrasi menulis ketika mulai tergila-gila pada games balap yang waktu itu direkomendasikan oleh temanku sebagai hiburan disela sela kepenatan. lalu setelah itu, aku benar benar tenggelam. lupa akan ide ide yang setiap harinya tumbuh berkembang menuntut untuk segera diperdayakan melalui tulisan. sehingga lambat laun ide ide segar itupun layu kemudian mati. tak tersentuh lagi.
dan harus kau tahu, ketika keinginan itu kembali menyadarkanku dari buaian permainan itu, semua begitu berat, segalanya seperti terlambat. ternyata tak mudah membangkitkan kembali gairah, dibutuhkan perjuangan keras untuk memulainya lagi, dan sampai sejauh ini aku belum mampu, begitu banyak kendala yang menghambat dalam usaha untuk merealisasikannya. kehilangan kosakata, tema, dan alur ceritera sangatlah menyiksa. kemudian berbagai pertimbangan pertimbangan yang dahulu tak pernah terlintas kini turut mengemuka menjadi penghambat lepasnya tarian jari jemari ketika akan menguraikannya. endingnya mudah ditebak, tulisan itu tak jadi. meski sebaris kalimat pun tertera di sana. yang ada hanya kosong, bengong, sementara pikiran entah ke London atau ke Ambon. ia tak lagi bersinergi dengan keinginan.
tetapi tidak.. aku tidak ingin seperti ranting sepi yang mati ditikam puisinya sendiri, atau si kerbau yang menepi sembunyi dari tusukan langit. aku akan terus belajar berusaha. seperti katamu,, "tulis saja, yang penting terisi. toh dari dulu juga tulisanmu itu jelek.."
benar, aku memang tidak bisa menulis selayak kamu atau mereka, aku tidak pernah memikirkan tentang itu. yang aku tahu aku hanya tulis, tulis, dan tulis untuk memuaskan batin. cukup sudah. dan itu mengapa sebabnya aku tidak pernah men-tag tulisan tulisanku, kecuali beberapa yang aku anggap membawa muatan pesan di dalamnya.
tetapi kini permasalahannya jauh berbeda, aku tidak lagi menemukan sesuatu (entah semacam apa) yang mampu mendorongku untuk melepaskan semua. sedang engkau yang kugadang-gadang menuntunku malah menunjukkan gejala seperti apa yang pernah kualami. engkau mulai hanyut dalam dunia barumu dan menenggelamkan semua cerita yang urung terurai.
kembalilah, aku memintamu dengan sungguh. mengajariku dari awal lagi. membubuhkan kertas putih dengan warna warni cerita untuk menyemarakkan dunia.
Post a Comment