" jong jang ucuk kurang kados malang gigo giring
bandorang bandorang kedangkrang masang "
;
adapun maknanya hingga kinipun tak dapat kumengerti
sebatas yang kuketahui hanyalah tembang kuno sebagai pengiring pemulainya sebuah permainan warisan leluhur yang akrab kumainkan semasa kecil
laiknya der-der kepider, ciuri uri, cikolak kapuk, umpet-umpet beton, atau permainan sejenisnya yang dimasa sekarang tak ubahnya seperti hompimpa atau gambreng
yang dimasa kini permainan itu tak pernah dijumpai lagi
tergerus arus moderenisasi PS dan games online atau permainan yang lebih familiar ditelinga dan mata
ah sayang sekali,, satu lagi warisan budaya kaya para leluhur yang tak ternilai tinggallah dongeng pengantar lelap sibuyung
bukan tak mungkin bila nenek moyang dalam setiap mencipta sebuah tembang atau ujar-ujar tanpa mengandung muatan atau pesan yang ingin disampaikan
rasa penasanpun menuntutku mencari arti yang terkandung baik secara bahasa maupun maksud dibaliknya
aneka ragam jenis kamus kutelusuri secara teliti namun tak kutemui
jua orang-orang tua yang tak ketinggalan kutanyapun hanya sekedar menjabarkan basa basi yang sudah basi
bahkan mbah google yang katanya tahu tentang segalanyapun tak luput dari telusurku dalam pencarian mencari makna
namun lagi-lagi hasilnya sama sekali jauh diluar keinginan yang diharapkan
hanya sebuah peribahasa yang mungkin tak ada hubungannya terintip diantara yang terselip "tuntutlah ilmu sampai kenegri china" sesak batinku lirih mengguman " aku tak punya ongkos untuk kesana mbah,,"
haruskah selamanya menjadi misteri?
atau sengaja dijadikan teka teki?
entah aku sudah menyerah
yang dapat kusimpulkan hanya sebatas bertumpulah pada sesuatu karna pabila menjejak tanah dan tersentuh makan akan kalah
seperti yang dipermainan jongjang tesebut
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment