Tiba-tiba aku takut terhadap senja
Pada jingga yang merah membara
Lalu aurora seperti cemeti yang membelah tubuh
Sungguh, tidak ada indah-indahnya
Ingin aku lari, tapi tak ada tempat sembunyi
Tercekat, mimik pucat terkunci rapat
Terpojok pada sudut pekat
Sekarat
Kemudian gerimis mendakwa bengis
Cecarnya tajam menghujam
Sekali lagi aku hanya mampu bungkam
Kuredam dalam pejam
Post a Comment