Top Menu

Search This Blog

Artistic


Di kita, sebagai warga negara Indonesia yang berbahasa Indonesia lebih familiar dengan istilah seni. Yang konon berarti indah, dan seniman berarti pelaku keindahan.
Lalu bagaimana dengan air seni? Mungkin kurang lebih berarti sesuatu yang keluar dari tempat yang indah. Tetapi mengapa air mani dikatakan air hina? Bukankah sama-sama keluar dari tempat yang serupa? Bahkan menurut saya bersumber dari sesuatu yang lebih bersih daripada air seni itu sendiri. Dan itu sama saja mengasumsikan bahwa manusia adalah makhluk yang hina karena bukan diciptakan dari air seni. Tentu saja reaksi saya akan marah dan tidak menutup kemungkinan bagi sebagian orang akan berbuat yang lebih ekstrim semisal menempeleng. Saya rasa engkau pun akan berlaku seperti itu pasti. Ah, sampai sekarang saya masih penasaran dengan penggunaan istilah tersebut (maklum pelajaran bahasa saya jeblok).
Sehingga jangan-jangan(sebenarnya saya tidak ingin menerka-nerka) bermula dari paradigma itulah maka seseorang lebih suka menonjolkan keindahannya, terlebih akhir-akhir ini seolah sudah menjadi semacam tren di kalangan tertentu. Yang dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang dilukis, di patung, atau dipotret, baik dari ponsel maupun tustel . Entah untuk koleksi pribadi atau pun komersil. Yang lagi-lagi dengan dalih artistic atau seni.
Jika alasannya murni seni, mana yang mempunyai nilai seni lebih tinggi ketika disandingkan dengan Monalisa? Kemudian muncul argumen bahwa monalisa itu dua dimensi sedangkan manusia multi dimensi sehingga Monalisa kalah artistic bila disejajarkan. Oh my ghost…
Tapi it’s ok jika itu kemauannya, mari kita sandingkan. Anggap di muka kita ada 2 obyek, Monalisa dan keindahan yang menurut versimu. Jikalau Monalisa Kalah artistic, menurutku itu semata-mata hanya karena ia tidak menonjolkan sisi indahnya seperti yang diharapkan. Apakah seni itu polos? Andai seperti itu kambing pun sangat artistic (angkat topi).
Lantas kau akan mengutukku sebagai munafik yang pura-pura menjaga reputasi demi titel religi. Umpama pertanyaannya terletak pada mana yang menarik untuk diperhatikan lebih lama, tentu saya sepakat denganmu. Monalisa is Monalisa, tapi keindahan menurut versimu itu sesuatu yang berbeda karena perlu penyelidikan yang lebih teliti. Dan hasil dari penilitian itu berani dipastikan akan melenceng dari segi seni karena dipengaruhi birahi dari jakun yang naik turun. Bahkan mungkin reaksi kita seperti Pat Kay di film seri Kera Sakti yang dadanya sampai basah oleh cucuran air liur. sebab kita manusia dewasa dengan insting normal yang liar berimajinasi yang andai dibahas seribu malam pun tidak akan nada habisnya, asal dibahas dengan cara yang elegan tidak terkesan tabu, dan akan terhindar dari jeratan UU antipornografi dan pornoaksi. Namun konteks kali ini tentang seni, seni yang bukan bermuara pada birahi.
Atau, apakah memang seperti itu yang disebut dengan seni?

Au ah lap… seniman Tejo Adras mau buang air seni dulu.

Post a Comment



Copyright © Umah Lugu. Designed by OddThemes