Top Menu

Search This Blog

Rep-rep (Sleep Paralysis)



Ketika seseorang tertimpa nasib buruk atau kesialan, mereka selalu bilang “mimpi apa aku semalam…?” Tetapi kalimat itu baru keluar jika kejadiannya terjadi pada siang hari. Lalu jika kejadiannya di malam hari, kata apa yang tepat?
Baru sekitar satu jam perkiraan saat aku memutuskan untuk tidur, aku terbangun karena direp-repi, orang bilang “ketindihan”. Di dalam mimpi itu (sebenarnya aku bersikeras kalau ini bukan mimpi, sebab aku mendengar dengan jelas suara kakek Suhid sedang mengobrol bersama para peronda di depan rumah. Tapi karena saya bingung mengatakannya, jadi katakanlah ini mimpi). Aku seperti sedang berbaring, dan dua anak kecil, perempuan dan laki-laki usia tiga dan lima tahun sedang menduduki perut dan kepalaku, mereka meloncat-loncat seperti sedang bermain kuda-kudaan. Mulut dan dadaku sesak, aku tidak bisa bernafas, rasanya lemas sekali. Aku berteriak “Allahu akbar” sekeras-kerasnya, tetapi suaranya tidak dapat keluar, kemudian aku berusaha menggeliatkan tubuh supaya bisa terlepas. Puji syukur, berangsur-angsur kesadaranku mulai mulai pulih dan terbangun. Kemudian aku keluar rumah dan ternyata kakek Suhid dan para peronda itu memang tengah berbincang-bincang di luar.
Orang-orang selalu mengaitkan “ketindihan” dengan hal-hal yang berbau klenik, katanya kita sedang diganggu jin atau roh jahat. Tapi aku penasaran hingga ingin mencari penjelasan dari sisi yang lain, semisal sisi medis. Dan yang kudapatkan dari hasil googling adalah : “ketindihan” itu memiliki istilah ilmiah, yaitu kelumpuhan tidur atau sleep paralysis.
Menurut Dr Jan Dirk Blom, kelumpuhan tidur adalah hasil dari disosiasi fase tidur. Kondisi ini biasanya terjadi saat akan tidur dan baru terbangun. Saat kelumpuhan tidur terjadi, dua aspek tidur REM (Rapid Eye Movement) muncul. Otot-otot tubuh menjadi rileks ke tingkat seperti lumpuh, sementara pikirannya terbangun, meskipun orang tersebut masih bermimpi dan tubuhnya tidak dapat bergerak.
“Tidur terbaring dengan kondisi seperti lumpuh akan membangunkan system kewaspadaan dalam otak yang dapat menimbulkan halusinasi sesosok makhluk sedang duduk di dada, hal tersebut merupakan kombinasi dari memori lingkungan nyata dan mimpi buruk seseorang, yang diproyeksikan ke dunia nyata. Pengalaman itu sangat nyata,“ kata Blom dikutip dari Kompas, Livescience, edisi senin 18 desember 2017.
Akhirnya, banyak kesimpulan yang dapat  ditarik, diantaranya :
1.       Dari sudut agama : aku tidur tidak membaca doa, #ngaku.
2.       Dari segi mitos : ada upa (nasi sendirian. Red) yang menempel di badan.
3.      Dari sisi ilmiah : tubuhku terlalu lelah setelah bekerja.
4.      Dari segi embuh : aku tidur dalam keadaan gelap, biasanya aku tidur dengan lampu menyala.

Post a Comment



Copyright © Umah Lugu. Designed by OddThemes