Jangan salahkan angin bila berita yang kau terima tak
sesedap seperti yang diharap
Ia hanya terlalu lugu menyampaikan semuanya tanpa sempat
menimbang rasa
Mungkin terendap di rawa payau ketika dahulu kau campakkan
di pelataran, tatkala emosi menguasai diri
Lalu terlarung hujan yang datang di perhinggaan musim
Namun tunggulah sampai matahari mulai melandai
Sebab berpayung di kala terik menimbulkan tanda tanya
Seperti biasa ia selalu di sana, menafakuri saat-saat
matahari mulai melandai
Kemudian beranjak begitu saja sebelum sempurna melindap di
kaki langit
Dan ketika kutanya “mengapa?” ia hanya datar menggumam
Lirih seperti bertanya “kau tahu rasanya kehilangan?”
Senja selalu ada apanya
Seperti mendung yang menitiskan gerimis, ia menyampaikan
pesan di pelataran
Tak pernah ia tuntaskan menghapus jejak
Sengaja dipisahkannya bagian-bagian indah untuk dikenang
sepanjang malam
Adapun sisa-sisa hujan yang masih menggenang, ia rela
menunggu kalau-kalau engkau hendak turut melarung kenang
Yang urung terbuang
Malam tetaplah malam
Yang panjang dan pendeknya melenakan
Sampai fajar dentang
Lalu hilang
Post a Comment