Home Galuh Timur Mblaur
Mblaur
Ding Bias Teja Ning April 14, 2012 0
Perbincanganpun mulai melebar tatkala temanku datang dari arah barat tempat kami duduk santai, dari yang awalnya hanya monoton membahas masalah hantu yang tak pernah habis diangkat dalam tema menjadi seru dan lebih berkembang.
Entah dari mana awalnya hingga akhirnya menyerempet ke arah masalah pemilihan kepala desa yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Kapan tepatnya tak tahu persis, konon akan digelar pada tahun 2013 nanti. Namun desas-desus tentang bakal calon kepala desa sudah santer merebak diantara warga masyarakat, dengan beragam latar belakang yang menempel di pundaknya. Tersebutlah beberapa nama yang akan mencalonkan diri, dan mayoritas sudah akrab di telinga karena menjadi pamong dalam kepengurusan pemerintahan desa. Hanya segelintir nama yang asing di telinga warga karena berasal dari warga sipil perdukuhan tetangga. Sedangkan pak lurah sendiri sudah tidak diperbolehkan menjabat kembali mengingat beliau telah memimpin desa kami selama dua periode lamanya.
Beberapa di antaranya bahkan telah memulai aktif bersosialisasi guna mencari simpati masyarakat dengan caranya masing-masing, namun belum terdengar tentang program-program yang mereka usung dalam upaya memajukan desa kami. Mungkin belum saatnya bagi mereka, atau mungkin takut dicontek oleh pesaingnya, atau jangan-jangan malah tidak punya ide sama sekali? haha... entahlah.
Tetapi sebagai warga masyarakat, kami atau lebih tepatnya saya, tentu menghendaki akan adanya perkembangan yang signifikan terhadap kemajuan yang selama ini telah tercapai. Dan andai diperkenankan urun rempug atau usulan, saya mempunyai suatu ide atau lebih gampangnya sebuah usul kepada lurah Galuh Timur terpilih pada nantinya.
Sudah barang basi dan bukan rahasia lagi bahwa di wilayah Galuh Timur dan sekitarnya adalah penghasil melinjo yang sangat melimpah, namun hingga saat ini belum diperdayakan secara maksimal. Sebatas petik lalu jual ke pasar dalam keadaan mentah, hanya segelintir orang yang memanfaatkannya dengan mengolahnya menjadi keripik emping. Andai saja pihak desa tergerak mengolah sumber daya yang melimpah itu dengan lebih serius, rasanya bukan hal yang tidak mungkin akan menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi. Bahan baku telah tersedia, tinggal membeli langsung dari petani dengan harga yang pantas, lalu memperdayakan masyarakat untuk mengolahnya dengan kemasan yang menarik. Lantas kemudian memasarkannya dengan manajemen yang baik. Satu sisi pengangguran dapat sedikit terpangkas, dan keuntungannya dapat dimasukkan ke dalam kas desa guna membangun sarana dan prasarana yang memadai. (asal jangan dikorup).
Di sana terdapat lahan strategis di sebelah barat balai desa, tepatnya di ELON. Tanah itu memang milik PJKA, namun bisa dikontrak untuk membangun kios-kios semi permanen yang kemudian disewakan kepada pebisnis lokal dengan harga yang terjangkau. Siapa sangka ada investor yang tertarik menanamkan modalnya di situ.
Akan terjadi perputaran uang yang signifikan meskipun masih dalam skala kecil, yang tentu akan meningkat seiring waktu. Bukan seperti sekarang yang berbondong-bondong mencari rezeki di tanah rantau kemudian ketika sampai di rumah bingung harus diapakan, lalu ujung-ujungnya habis secara berangsur-angsur.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment