Top Menu

Search This Blog

Angkuh


Menyepakati ucapmu kala itu,, “ketika semesta luput dari sapa, adalah kebahagiaan tengah melingkupinya”. Dan bila itu kuutarakan kini, sejatinya engkaupun tahu pasti, bahwasanya  inilah puncak keputus-asaan dari rasa gundah atas tanya yang tak terjawab, tentang sebuah keberadaan berita yang lenyap tertelan bumi. adalah dusta jika aku mengelaknya. Namun sekali lagi aku memaksakan egoku dalam menahan diri untuk tidak mencari arti, membiarkan siksa itu kian dera.
Ya,, aku terlalu angkuh untuk mengakui betapa rasa itu menguras emosi. Dan mengharapkanmu yang memulainya adalah kemustahilan belaka mengingat pola pikir kita yang serupa.
Kemudian aku mencoba menyiasati dengan melarutkan diri pada nuansa sunyi, menggali kenang guna melipur gundah, sebab puisi telah mati ditikam sunyi.
Tetapi sampai kapan?? Pertanyaan yang terdengar klise, namun cukup menohok.
Aku terdiam, hanya bisa diam. Pengejawantahan dari entah.

Post a Comment



Copyright © Umah Lugu. Designed by OddThemes