Top Menu

Search This Blog

Jelajah Kampung Purba Galuhtimur




“Good morning dear,, Galuhtimur cerah..”  Begitu bisik burung ketika membangunkanku dari tidur. Dan saat kubuka mata, mentari menyambutku dengan senyumannya yang khas, memintaku untuk segera  bergegas. Aku teringat akan janji  semalam bersama beberapa kawan untuk mengunjungi “kampung purba” guna melihat koleksi fosil yang ditemukan tempo hari, lantas meninjau letak temuan tersebut sambil berwisata alam menuju Gunung Tugel  serta Bukit Ipik yang berada di dusun Dukuh tengah. Sebagaimana yang sudah diketahuai, Galuhtimur sudah diresmikan sebagai kampung wisata purbakala pada selasa 28/8.2018 oleh wakil bupati Brebes Narjo seusai diadakannya acara jalan sehat yang diikuti oleh ribuan peserta dari Galuhtimur dan luar Galuhtimur.
Singkat kata, kamipun berkumpul di tempat janji bertemu. Awal rencana,akan banyak yang hendak turut serta. Namun dikarenakan ada kendala, ada beberapa yang terpaksa urung. Sangat disayangkan memang, padahal semakin banyak jumlah akan semakin meriah. Namun apa hendak dikata. Jadilah terhitung kami bersebelas yang bernar-benar siap di hari ini. Dan tepat pukul 7:32 waktu Galuhtimur kami memutuskan berangkat.



Kampung purba letaknya tidak terlalu jauh, apabila menggunakan kendaraan roda dua hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit jarak tempuh. Di sana terdapat semacam museum mini untuk menyimpan penemuan-penemuan fosil. Sebagian sudah dibawa ke Bumiayu, bahkan ada pula yang dibawa ke Bandung  guna penelitian.  Dan setelah puas melihat-lihat serta tak lupa mendokumentasikan kunjungan, kemudian kami memutuskan mendatangi langsung lokasi penemuan yang berada di Kali Gintung. Untuk menuju kesana, kami mengikuti jalan setapak, menuruni lereng yang menyerupai jurang. Di daerah tersebut terdapat sebuah curung yang dinamakan curug Bakpahang. Sayang di musim kemarau airnya kering. Andai tetap mengalir, akan menjadi destinasi yang menarik dan tentunya menjadi buruan para pecinta swafoto.

Setelah beristirahat sejenak dan mengabadikan beberapa gambar, kemudian kami melanjutkan perjalanan, menyusuri kembali jalan setapak yang di kanan kirinya tumbuh pohon menjulang sampai pada akhirnya berujung di sungai. Inilah Kali Gintung, letak ditemukannya fosil  purbakala. 
Cukup lama kami di sana, mengamati dari dekat sembari beristirahat. Lalu setelah dirasa cukup, kemudian melanjutkan kembali perjalanan. Tujuan wisata alam Gunung Tugel. Tampak terlihat bendera gagah berkibar di atas sana, seolah menyemangati agar gigih menapaki jalan mendaki menuju puncak. Jangan bertanya bagaimana rasanya ketika sampai di sana, sebab kata-kata takkan cukup untuk menjabarkannya. Keindahan yang tak terpuisikan, kepuasan yang tak terutarakan.





Tapi ini belum berakhir, tak jauh  dari gunung Tugel terdapat bukit Ifik yang tentunya tidak boleh terlewatkan. Di sanalah tempat yang nyaman untuk melepas lelah, menyantap perbakalan, meresapi semilir angin di bawah pohon rindang. Ini tempat yang cocok untuk hikiing atau pun bermalam. Engkau dapat menyaksikan kerlip lampu-lampu kota di kejauhan sana.

Menuruni lereng, menyusuri sungai, mendaki gunung, menapaki bukit. Aku seperti menapak tilas masalalu. Jiwa petualangku seolah sedang ditata ulang. Dan,, aku merasakan kadamaian yang maha.

6 comments :

  1. Replies
    1. tk kemas versi balad pak, ora bisa nulis jurnal.
      Trims wis mampir. :)

      Delete
  2. Mantap betuL , langsung explore

    ReplyDelete
    Replies
    1. monggo, instagramable kok tempate, cocoklah go selfie. hehee

      Delete
  3. Oh ini yang kemaren di status liburanku disebut ya... Sip sip

    ReplyDelete
    Replies
    1. kak sarah sejak kapan ganti nama londo? xixixiii
      untung masih inget obrolannya. :D

      Delete



Copyright © Umah Lugu. Designed by OddThemes